PwC: Pasar Kendaraan Listrik di RI Terus Naik Meski Relatif Lambat

Nadya Zahira
16 Oktober 2023, 17:04
Sejumlah peserta menggunakan mobil listrik saat mengikuti konvoi di sela-sela peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kota Ternate, Maluku Utara, Minggu (24/9/2023). Konvoi kendaraan listrik dan peresmian SPKLU pertama di Maluku
ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU
Sejumlah peserta menggunakan mobil listrik saat mengikuti konvoi di sela-sela peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kota Ternate, Maluku Utara, Minggu (24/9/2023). Konvoi kendaraan listrik dan peresmian SPKLU pertama di Maluku Utara tersebut merupakan bentuk komitmen PLN dalam mendukung penggunaan listrik untuk mengajak masyarakat di daerah itu agar beralih ke kendaraan listrik guna mengurangi emisi karbon.

PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksikan pasar kendaraan listrik (electric vehicle) di Indonesia akan terus tumbuh seiring kesadaran konsumen terhadap kendaraan ramah lingkungan dan insentif dari pemerintah. Namun, adopsi kendaraan listrik di Indonesia lebih lambat dibandingkan global. 

Hal ini terungkap dari laporan PwC berjudul Indonesia Electric Vehicle (EV) Consumer Survey 2023. Laporan ini merupakan hasil dari survei yang dilaksanakan PwC pada Juni-September 2023 kepada konsumen Indonesia di delapan kota besar dan lintas generasi.

“Kami mulai melihat peningkatan permintaan, terdapat pergeseran untuk mengakomodasi permintaan baru terutama untuk menanggapi isu keberlanjutan dan kemajuan teknologi,” ujar PwC Indonesia Automotive Leader Hendra Lie dalam keterangan resmi, Senin (16/10). 

Meski demikian, adopsi EV di Indonesia lebih lambat dibandingkan di pasar global. Oleh karena itu, para pemimpin industri dan pembuat kebijakan sedang mempersiapkan masa depan di mana kendaraan ramah lingkungan dapat memainkan peran utama di pasar.

Hasil survei tersebut menyatakan bahwa pasar EV di Indonesia sedang bertumbuh, namun relatif lebih lambat dibandingkan dengan negara lain. Hal itu disinyalir karena adanya keraguan konsumen terutama terkait ketersediaan infrastruktur. Responden merasa khawatir terhadap ketersediaan stasiun pengisian untuk kendaraan listrik, baik untuk mobil (63%) maupun sepeda motor (52%). 

Kekhawatiran responden lainnya adalah ketersediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik di daerah terpencil, di mana untuk mobil mencapai 54% responden sedangkan sepeda motor 47%. Hal ini menunjukkan perlunya infrastruktur pengisian daya yang merata untuk memenuhi kekhawatiran konsumen.

Hendra mengatakan, walaupun daya tarik EV semakin besar, kekhawatiran konsumen dapat memengaruhi tingkat adopsi EV secara signifikan. Hal ini termasuk biaya pemeliharaan yang mungkin menjadi mahal dalam jangka panjang. 

Hasil survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 87% responden paling khawatir terhadap biaya penggantian baterai, lalu sebesar 83%  mengkhawatirkan harga suku cadang. Sebanyak  66% responden khawatir terhadap pengeluaran tak terduga dan 59% mengkhawatirkan biaya perawatan rutin.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...